Aspirasiku
Sabtu, 27 Februari 2021
No Result
View All Result
  • Berita
  • Bisnis
  • Aspirasi
  • Info
Aspirasiku
  • Berita
  • Bisnis
  • Aspirasi
  • Info
No Result
View All Result
Aspirasiku
No Result
View All Result
Home Berita

Hampir 2 Dari 10 Orang di Asia Tenggara Berbagi Berita Sebelum Verifikasi

by Aspirasiku
4 minggu ago
in Berita
Reading Time: 4min read
A A
Grafis Survey Kapersky
Share on FacebookShare on TwitterShare on LinkedinShare on WhatsappShare on TelegramShare on EmailGet QR Code

Jakarta, 1 Februari 2021 – Konsumsi berita dari media arus utama dan sumber online telah mengalami peningkatan besar secara global, termasuk negara-negara di Asia Tenggara. Tren ini seiring pembatasan sosial yang dialami banyak masyarakat di penjuru dunia nyaris sepanjang tahun lalu karena pandemi. Catatan lainnya adalah media sosial menjadi sebagian besar platform yang digunakan warga daring di wilayah tersebut dalam mengonsumsi berita.

Ini dibuktikan dengan penelitian Kaspersky baru-baru ini yang mengungkapkan bahwa mayoritas (76%) pengguna di Asia Tenggara mendapatkan update berita dari platform seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan lainnya. Persentase ini lebih tinggi untuk Gen Z di 83%, diikuti oleh Milenial di 81%, Baby Boomers di 70%, dan Gen X di 62%. Namun, ini bukan berarti platform terkait mempublikasikan informasi yang sepenuhnya terpercaya.

Karena disinformasi online tetap menjadi perhatian di dunia daring, survei yang sama yang dilakukan November 2020 lalu mengungkap bahwa hampir 2 dari 10 (18%) responden mengaku berbagi berita sebelum memverifikasi kebenarannya. Ini tertinggi di antara Gen Z (28%), diikuti oleh Gen X (21%), dan Boomers (19%). Milenial mencatatkan rekor terendah dalam aspek ini yaitu 16%.

Menurut Beverly Leow, psikolog di Mind What Matters, alasan rendahnya tingkat verifikasi saat berbagi berita secara online dapat dikaitkan dengan teori presentasi diri, di mana individu ingin melindungi dirinya sendiri dengan cara tertentu. Oleh karena itu, ketika pengguna berbagi informasi tanpa menimbang kebenarannya, kemungkinan besar mereka termotivasi oleh prospek untuk menampilkan diri sebagai netizen dengan informasi terkini (update) dan berpengetahuan luas.

“Media sosial menghadirkan berbagai jenis narasi kepada kita. Terkadang insiden atau peristiwa tertentu mungkin memiliki beberapa narasi atau versi yang saling bertentangan, dan memverifikasi kebenaran masalah atau validitas informasi yang disajikan mungkin lebih memakan waktu dan membutuhkan lebih banyak upaya daripada menekan tombol “bagikan” atau “mengirim kembali”, jelas Leow.

Studi yang dilakukan di antara 1.240 responden di mana sejumlah 831 dari Asia Tenggara, juga mendapati bahwa hanya 5 dari 10 responden di semua generasi yang menyatakan bahwa mereka membaca artikel lengkap sebelum membagikannya di akun personal.

“Pengguna internet Asia Tenggara diperkirakan mencapai 400 juta dengan tambahan 40 juta orang yang merupakan pengguna internet pertama kali pada tahun 2020. Wilayah ini juga dikenal sebagai salah satu pengguna media sosial yang paling aktif. Faktanya, survei kami menunjukkan 36% pengguna di Asia Tenggara menghabiskan 1-2 jam lebih banyak pada platform online ini setelah penguncian, 28% menambahkan 2-4 jam, dan sekitar 17% dengan 4-6 jam lebih dihabiskan untuk bersosialisasi online,” Kata Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky.

“Dari perspektif keamanan siber, informasi palsu adalah bentuk rekayasa sosial dalam skala lebih besar yang digunakan oleh pelaku kejahatan siber untuk secara efektif dan mudah menargetkan orang dan organisasi. Tahun 2020 dapat terlihat dari menjamurnya email phishing, penipuan, dan domain palsu yang memanfaatkan topik COVID-19 dan bahkan sekarang, vaksin. Inilah sebabnya mengapa baik individu maupun bisnis, dengan format bekerja-dari-rumah saat ini, tidak boleh menganggap enteng disinformasi di media sosial. Dengan pandemi yang masih jauh dari selesai, kewaspadaan terhadap informasi dan tautan yang kita bagikan menjadi sangat penting,” tambah Yeo.

Namun, kesadaran tentang disinformasi online menunjukkan tanda-tanda perubahan di wilayah Asia Tenggara dengan 6 dari 10 responden dari semua generasi mengatakan bahwa mereka memeriksa sumber informasi atau berita yang beredar di media sosial sebelum mengklik “Bagikan”.

Para Boomer juga memimpin (41%) sebagai kelompok yang menentang ketika teman atau anggota keluarga membagikan berita palsu, berdasarkan penilaian mereka. Kemudian diikuti oleh Milenial (27%) dan Gen X (23%). Gen Z tampak lebih menghindari konfrontasi dengan berada di persentase 19%.

Pemblokiran (blocking) adalah cara lain pengguna di Asia Tenggara untuk melindungi diri dari risiko kesalahan informasi. Lebih dari seperempat responden mengaku memblokir kontak yang membagikan artikel yang menurut mereka tidak akurat. Persentase pemblokiran teman online ini paling tinggi dilakukan oleh Gen Z sebesar 46%, diikuti oleh Boomers, Milenial, dan Gen X dengan masing-masing sebesar 33%, 32%, dan 30%.

Untuk membantu pengguna melindungi diri dari serangan manipulasi psikologis yang berbahaya di media sosial, pakar Kaspersky menyarankan saran sebagai berikut:
Periksa sumber asli pesan. Luangkan waktu sejenak untuk memikirkan dari mana asal komunikasi tersebut; dan jangan terlalu cepat memercayainya begitu saja. Periksa tautan dan ejaannya. Jika ragu, lanjutkan pencarian hingga ke situs berita resmi atau situs web perusahaan.

Putuskan lingkarannya. Rekayasa sosial sering kali bergantung pada rasa urgensi. Penyerang berharap target mereka tidak terlalu memikirkan apa yang sedang terjadi. Jadi, meluangkan waktu sejenak untuk berpikir dapat mencegah serangan ini. Teliti dan baca dengan seksama sebelum berbagi informasi di media sosial.

Jangan terlalu terburu-buru. Berhati-hatilah saat Anda merasakan urgensi dalam percakapan. Ini adalah cara standar bagi pelaku kejahatan siber untuk menghentikan target mereka berpikir dua kali. Jika Anda merasa tertekan, berhenti untuk berpikir secara pelan-pelan. Seringkali, para aktor rekayasa sosial tidak akan memaksakan keberuntungan saat tersadar bahwa mereka telah kehilangan momennya.

Pikirkan tentang jejak digital Anda. Berbagi informasi pribadi secara online, seperti melalui media sosial, dapat membantu para pelaku kejahatan siber dalam melancarkan aksinya. Kami menyarankan Anda mengubah pengaturan media sosial menjadi ‘hanya teman’ dan berhati-hatilah dengan apa yang dibagikan. Anda tidak perlu menjadi paranoid, cukup berhati-hati.

Amankan perangkat Anda. Untuk individu, solusi gabungan produk keamanan dan langkah-langkah praktis dapat meminimalkan ancaman dan menjaga keamanan data Anda saat online. Untuk bisnis, mengingat banyak yang sedang menerapkan kerja dari rumah, disarankan untuk melatih karyawan secara teratur tentang keamanan siber dan melindungi jaringan Anda dengan perlindungan titik akhir kelas atas namun ramah anggaran seperti Kaspersky Endpoint Detection and Response Optimum.

Tentang survei

Laporan Kaspersky “Making sense of our place in the digital reputation economy” mempelajari sikap individu di Asia Pasifik dalam membangun identitas online yang aman dan reputasi di media sosial. Ini juga melihat bagaimana reputasi digital bisnis yang tercemar dapat berpengaruh.

Studi dilakukan oleh lembaga riset YouGov di Australia, India, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Vietnam pada November 2020 lalu. Sebanyak 1.240 responden disurvei di seluruh negara yang disebutkan. Responden berusia antara 18-65 tahun yang semuanya merupakan pekerja profesional yang aktif di media sosial (menghabiskan setidaknya 1 jam sehari di media sosial).

Melalui tulisan ini, perilaku populasi suatu pasar digeneralisasikan, mengacu pada kelompok responden yang dijadikan sampel di atas.
Tentang Mind what Matters

Berdiri sejak tahun 2013, Mind what Matters terdiri dari tim spesialis kesehatan mental yang bertujuan untuk menyediakan layanan psikologi berbasis bukti yang profesional, tertarget, dan efektif. Para spesialis Mind What Matters berjuang untuk menghilangkan gangguan mental dan mengoptimalkan kesejahteraan psikologis melalui percakapan terbuka, pemahaman, dan perubahan. Tim ini memiliki semangat juang demi membantu setiap orang melalui masalah mereka dan seterusnya untuk berkembang lebih baik dalam kehidupan. Pelajari lebih lanjut di https://www.mindwhatmatters.com.sg/

Tentang Kaspersky

Kaspersky adalah perusahaan global cybersecurity, yang berdiri sejak tahun 1997. Intelegensi ancaman mendalam dan keahlian keamanan mendalam Kaspersky terus berkembang menjadi solusi dan layanan keamanan bagi generasi mendatang dalam melindungi bisnis, infrastruktur penting, pemerintah dan konsumen di seluruh dunia.

Portofolio komprehensif mengenai keamanan yang dimiliki perusahaan mencakup perlindungan endpoint terkemuka serta sejumlah solusi dan layanan keamanan khusus untuk melawan ancaman digital yang canggih dan berevolusi. Lebih dari 400 juta pengguna terlindung oleh teknologi Kaspersky dan membantu 270.000 klien korporat dalam menjaga aset paling penting bagi mereka. Pelajari lebih lanjut di www.kaspersky.com

Tags: hoaksKaperskysurvey
Share61Tweet38Share11SendShareSendScan

POPULER MINGGU INI

  • Selamat Imlek, Ini Tips Mengolah Angpau Jadi Cuan

    Selamat Imlek, Ini Tips Mengolah Angpau Jadi Cuan

    154 shares
    Share 62 Tweet 39
  • Sanksi Pidana Alternatif Terakhir Dalam UU Cipta Kerja

    153 shares
    Share 61 Tweet 38
  • Hampir 2 Dari 10 Orang di Asia Tenggara Berbagi Berita Sebelum Verifikasi

    152 shares
    Share 61 Tweet 38
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Iklan & Kerjasama
  • Pedoman Media Siber

© 2020 - All Right Reserved MR Digital.

No Result
View All Result
  • Berita
  • Bisnis
  • Aspirasi
  • Info

© 2020 - All Right Reserved MR Digital.